Sabtu, 07 Mei 2011

awas....jangan sepelekan masuk angin

Penyakit masuk angin??? Semua orang pasti pernah mengalaminya…tapi, eiiitzzzz….jangan sembarangan meremehkan penyakit masuk angin. Jika dibiarkan saja bisa berbahaya bagi tubuh lho….penyebabnya bisa dikarenakan stress dan daya tahan tubuh kurang optimal. Stres memang akrab dengan keseharian kita. Mungkin karena stres sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tidak menyadari keberadaan stres. Apalagi tanda-tanda stres sangat umum.
Untuk mengetahui seseorang mengalami stres atau tidak, diperlukan pengamatan gejala, baik fisik maupun psikis selama dua minggu. Secara psikologis stres tampil dalam wujud perasaan cemas, panik, perilaku gelisah, emosi labil, cepat tersinggung, malas, frustasi, dan sebagainya.
Selain itu stres juga mendatangkan gejala fisik, seperti gangguan hormonal, sakit maag, pusing, sakit kepala, sakit pinggang, sering masuk angin, sulit berkonsentrasi, serta gangguan tidur. Rasa cemas berlebihan karena stres akan memacu hormon tertentu di dalam tubuh yang bisa meningkatkan peningkatan denyut jantung dan darah. Rasa cemas juga akan memicu produksi asam lambung.
Cemas berkepanjangan juga akan menyebabkan ketegangan otot-otot tubuh. "Akibatnya muncul keluhan sering sakit kepala, gampang masuk angin, dan kelelahan kronis," imbuhnya.
Tidak jarang pasien yang sebenarnya memiliki stres berpindah-pindah dokter karena keluhan yang tidak kunjung hilang. Obat yang diminum pun tidak ada yang manjur. Dalam dunia kedokteran gejala itu disebut psikosomatis, sehat tapi merasa sakit. sekitar 20-30 persen pasien yang berobat ke dokter umum sebenarnya adalah orang yang mengalami keluhan fisik karena stres.
Lebih parahnya lagi, masuk angin yang terlalu sering bisa menyebabkan gejala penyakit jantung coroner….waw…ngeri….maka dari itu jangan sepelekan penyakit walaupun hanya masuk angina saja. Kejadian jantung koroner bisa dicegah hingga 80 persen dengan cara mengenali dan melakukan deteksi dini terhadap penyakit tersebut. Salah satu penyebab pasien datang terlambat karena kekeliruan menduga gejala serangan jantung.
Banyak pasien yang datang terlambat karena mengira yang dirasakan akibat masuk angin. Padahal kecepatan terapi dan penanganan kasus serangan jantung dalam hitungan menit, sangat menentukan persentase otot jantung penderita untuk diselamatkan
ketika terjadi serangan jantung, biasanya penderita mengeluh dada seperti tertekan benda berat disertai rasa kebas yang menjalar ke lengan. Sebagian penderita mengeluh sakit di punggung dan dagu, ada pula yang merasa leher seperti tercekik, keluar keringat dingin, dan lemas.
Seseorang yang mempunyai faktor resiko kardiovaskuler, kata Fauzi, memiliki kecenderungan lebih tinggi menderita gangguan koroner dibandingkan mereka yang tanpa risiko. Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki, semakin besar kemungkinan terserang penyakit jantung koroner.
Mereka yang termasuk faktor risiko antara lain berusia lanjut, riwayat keluarga, hiperkolesterol, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan kebiasaan merokok. Resiko penyakit jantung koroner pada laki-laki mulai melonjak di usia 45 tahun dan perempuan 55 tahunDada nyeri dan sesak napas? Mula-mula nyeri itu hanya terasa di dada sebelah kiri, tetapi lama-kelamaan menjalar sampai bahu, leher, dan lengan kiri. Bahkan, terkadang rasa nyeri itu bisa sampai ulu hati dan menusuk ke belakang.


Nyeri bahkan akan semakin menggila saat menarik napas dalam. Rasa nyeri itu terkadang datang tidak hanya saat beraktivitas, tetapi juga saat bersantai. Bila itu terjadi pada Anda, jangan menyepelekan gejala seperti ini
Menurut dia, banyak orang menyangka gejala-gejala itu sebagai masuk angin. Dugaan itu bisa jadi salah karena gejala-gejala tersebut juga merupakan tanda-tanda awal dari penyakit jantung.



Gejala awal dari penyakit jantung hampir sama dengan masuk angin. Itulah sebabnya, banyak orang yang lantas mengabaikan gejala ini. Kalaupun ada yang mengambil tindakan, mereka lebih suka mengobati dengan cara kerokan. Padahal, kerokan hanya untuk menghilangkan angin saja.



Hilangnya rasa nyeri setelah kerokan juga bukan berarti penyakit hilang. Maklum, gejala nyeri di jantung hingga sesak napas terkadang hilang dengan sendirinya. Namun, terkadang bisa timbul disertai rasa nyeri yang hebat.
Menurut para ahli jantung, gejala seperti ini muncul karena pembuluh darah mengalami penyempitan. Alhasil, distribusi makanan bagi jantung atau oksigen tidak bisa berjalan normal. Padahal, oksigen dibutuhkan untuk mendukung kinerja jantung. “Bila pasokan oksigen berkurang, kinerja jantung terganggu, bahkan bisa mengakibatkan serangan jantung atau yang sering dikenal gagal jantung,” lanjutnya.

Oleh karena itu, para pakar jantung menyarankan agar Anda lebih waspada bila mengalami kram atau nyeri pada jantung. Apalagi bila sudah disertai dengan sesak napas. timbulnya nyeri dada juga merupakan tanda telah terjadi kerusakan pada otot-otot jantung yang memompa darah. Kerusakan tersebut akan terus berkembang seiring pertambahan umur.
Jadi, “Begitu nyeri terasa, lebih baik segera ke dokter atau ahli jantung. Maklum, jika terlambat, dokter atau ahli jantung hanya punya waktu sekitar 12 jam untuk bisa kembali melebarkan pembuluh darah tersebut.

Sikap waspada juga dibutuhkan lantaran penyakit jantung termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Kementerian Kesehatan menyebutkan, sejak tahun 2007 penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan jumlah kematian lebih dari 220.000 jiwa per tahun. Jumlah itu di atas penyakit tuberkulosis yang jumlah kematiannya 127.000 jiwa per tahun.

Angka kematian ini juga semakin bertambah setiap tahunnya seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang suka mengudap makanan tinggi lemak. Selain itu, faktor gaya hidup yang tak sehat, seperti gemar merokok, menenggak alkohol berlebihan, penyakit hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi, juga menambah banyak deretan penderita penyakit jantung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar